Minggu, 20 November 2011

Sejarah & Perkembangan E-Commerse & E-Bussines


SEJARAH DAN PERKEMBANGAN E-BUSINESS DAN E-COMMERCE

E-Commerce pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman-web (website). Menurut Riset Forrester, perdagangan elektronik menghasilkan penjualan seharga AS$12,2 milyar pada 2003. Menurut laporan yang lain pada bulan oktober 2006 yang lalu, pendapatan ritel online yang bersifat non-travel di Amerika Serikat diramalkan akan mencapai seperempat triliun dolar US pada tahun 2011. Hal ini merupakan suatu revolusi terhadap perkembangan dunia perdagangan dan bisnis akibat dari perubahan mekanisme transaksi dari Old Economy Relationship menjadi New Economy Relationship.

Istilah "perdagangan elektronik" telah berubah sejalan dengan waktu. Awalnya, perdagangan elektronik berarti pemanfaatan transaksi komersial, seperti penggunaan Electronic Data Interchange (EDI) untuk mengirim dokumen komersial seperti pesanan pembelian atau invoice secara elektronik. Kemudian berkembang menjadi suatu aktivitas yang mempunya istilah yang lebih tepat "perdagangan web" — pembelian barang dan jasa melalui World Wide Web (www) melalui server aman (HTTPS), protokol server khusus yang menggunakan enkripsi untuk merahasiakan data penting pelanggan.

Pada awalnya ketika web mulai terkenal di masyarakat pada 1994, banyak jurnalis memperkirakan bahwa E-commerce akan menjadi sebuah sektor ekonomi baru. Namun, baru sekitar empat tahun kemudian protokol aman seperti HTTPS memasuki tahap matang dan banyak digunakan. Antara 1998 dan 2000 banyak bisnis di AS dan Eropa mengembangkan situs web perdagangan ini.
Perkembangan E-commerce di Indonesia sendiri telah ada sejak tahun 1996, dengan berdirinya Dyviacom Intrabumi atau D-Net (www.dnet.net.id) sebagai perintis transaksi online. Wahana transaksi berupa mal online yang disebut D-Mall (diakses lewat D-Net) ini telah menampung sekitar 33 toko online/merchant. Produk yang dijual bermacam-macam, mulai dari makanan, aksesori, pakaian, produk perkantoran sampai furniture. Selain itu, berdiri pula http://www.ecommerce-indonesia.com/, tempat penjualan online berbasis internet yang memiliki fasilitas lengkap seperti adanya bagian depan toko (storefront) dan shopping cart (keranjang belanja).
Selain itu, ada juga Commerce Net Indonesia - yang beralamat di http://isp.commerce.net.id/. Sebagai Commerce Service Provider (CSP) pertama di Indonesia, Commerce Net Indonesia menawarkan kemudahan dalam melakukan jual beli di internet. Commerce Net Indonesia sendiri telah bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang membutuhkan e-commerce, untuk melayani konsumen seperti PT Telkom dan Bank International Indonesia. Selain itu, terdapat pula tujuh situs yang menjadi anggota Commerce Net Indonesia, yaitu Plasa.com, Interactive Mall 2000, Officeland, Kompas Cyber Media, Mizan Online Telecommunication Mall dan Trikomsel.
Perkembangan E-Commerce di Indonesia juga tidak lepas dari perkembangan dalam infrastruktur dan penurunan tarif internet. Penurunan tarif internet dan perkembangan teknologi internet berbasis 3G yang ditawarkan oleh perusahaan operator telepon selular memperluas “coverage area” masyarakat untuk akses internet. Dengan begitu, lebih banyak masyarakat yang memiliki akses ke internet dan meningkatkan customer atau perusahaan yang bisa mengunakan E-commerce. Penurunan tarif internet juga membantu membuat akses internet lebih terjangkau untuk jumlah masyarakat yang lebih banyak. Terlampir tarif internet yang ditawarkan dari berbagai Internet Service Provider (ISP).

ISP
Paket
Tarif
Fastnet (Cable)
Unlimited (s/d 512kbps)
Rp. 195,000
Speedy (ADSL) (Kota Besar)
Unlimited (s/d 512kbps)
Rp. 295,000
IM2
Unlimited (s/d 3GB 1.5MBps)
Rp. 350,000
Sebagai perbandingan tarif internet sampai dengan akhir bulan maret tahun 2007, ISP Speedy menawarkan paket unlimited dengan tarif biaya bulanan Rp 2.000.000,-. (Press release, Telkom, Jakarta 20 Maret 2007).
E-commerce sebetulnya dapat menjadi suatu bisnis yang menjanjikan di Indonesia. Hal ini tak lepas dari potensi berupa jumlah masyarakat yang besar dan adanya jarak fisik yang jauh sehingga E-Commerce dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang begitu besar (tercatat 220 juta jiwa pada tahun 2005 dan diperkirakan akan meningkat menjadi kurang lebih 231 juta jiwa pada tahun 2009 ), tentunya penduduk Indonesia memiliki tingkat konsumsi yang begitu besar. Ditambah dengan keadaan populasi yang tersebar diberbagai pulau, sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai pangsa pasar e-commerce. Sayangnya, daya beli masyarakat yang masih rendah dan infrastruktur telekomunikasi yang tidak merata di daerah-daerah lainnya membuat E-Commerce tidak begitu populer. Hal ini tak lepas dari jumlah pengguna internet di Indonesia yang hanya sekitar 8 juta orang dari 215 juta penduduk. Selain itu, e-commerce juga belum banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Meskipun relatif banyak perusahaan yang sudah memasang homepage, hanya sedikit yang memfungsikannya sebagai sarana perniagaan/perdagangan online. Sebagian besar homepage itu lebih difungsikan sebagai media informasi dan pengenalan produk. Menurut Adji Gunawan, Associate Partner dan Technology Competency Group Head Andersen Consulting, secara umum ada tiga tahapan menuju e-commerce yaitu presence (kehadiran), interaktivitas dan transaksi. Saat ini, kebanyakan homepage yang dimiliki perusahaan Indonesia sudah mencapai tahap transaksi. Pada akhirnya, perkembangan teknologi dan peningkatan pengguna internet di Indonesia akan membuat E-Commerce menjadi suatu bisnis yang menjanjikan.

Namun demikian, saat ini pertumbuhan pengguna internet di Indonesia mengalami peningkatan dimana menurut laporan Internetworldstats (IWS) pada tahun 2000 lalu pengguna internet di Indonesia diperkirakan sebesar 2 juta orang, sedangkan sampai akhir 2009, angkanya telah meningkat menjadi sekitar 30 juta. Petumbuhan pengguna internet ini dapat mendorong perkembangan e-commerce jika didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1.      Akses internet yang semakin murah dan cepat
2.      Layanan perbankan yang berbasis e-banking dan sms banking untuk nasabah individu maupun korporasi sehingga mempercepat transaksi
3.      Biaya web hosting yang semakin murah
4.      Akses yang mudah dan murah dalam membangun situs E-Commerce didukung dengan tersedianya berbagai software open source seperti osCommerce, Magento, dan lain-lain.

Selain itu, saat ini pengguna social networking di Indonesia juga semakin banyak. Sebagai contoh meningkatnya pengguna Social Networking, menurut Checkfacebook.com tanggal 03 Nopember 2009, pengguna facebook (FB) di Indonesia sudah mencapai 11.759.980 orang, dampak pertumbuhan facebookers ini bagi pengusaha kecil menengah merupakan potential market yang layak dieksplorasi. Salah satu yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan memasang small advertising di FB. Memasang iklan di FB ternyata sungguh murah. Tarif iklan mereka hanya Rp 100 per klik (jauh lebih murah dibanding iklan di Detik.com atau Google.com yang bertarif sekitar Rp 1000/klik)

Dengan demikian social networking merupakan media yang efektif untuk berpromosi terutama bagi pengusaha kecil menengah dan dapat mendorong untuk berkembangnya e-commerce di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar